Minggu, 31 Oktober 2021

Aksi Nyata Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Merancang Ulang Membuat Program yang Berdampak pada Murid di SMP Negeri 1 Cianjur

 

Oleh: Bambang Widyanarko, M.Pd.

 

 

1. PERISTIWA (Fact)

1.1. Latar Belakang

Membuat program yang berdampak pada murid harus menerapkan berbagai pirinsip bila tidak ingin menemui kegagalan. Kegagalan ini disebabkan karena banyak sekali program dan kegiatan yang dilaksanakan di sebuah institusi seperti sekolah sama sekali tidak berdampak pada target utama yaitu murid. Pada umumnya sekolah tidak dapat mengefektifkan potensi sumber daya untuk dijadikan program sekolah. Bahkan tidak sedikit pula sekolah yang tidak dapat melakukan inventarisasi awal mengenai asset dan potensi yang dimiliknya.

Kegagalan bentuk lain adalah banyak sekali program yang dibuat dan dilaksanakan dengan dana disusun ugal-ugalan tanpa mengggunakan tahapan berpikir yang akademis dan ilmiah. Seharusnya, program diawali dengan penerapan Inkuiri Apresitif baik dengan 5D (Define, Discover, Dream, Design, dan Deliver) atau BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimipi, Jabarkan rencana, dan Atur pelaksanaan). Secara fundamental, ada pula ketidakjelasan filosofi mengenai Pendidikan yang digunakan di sekolah. Artinya sekolah belum dapat menerapkan paradigma, visi dan misi yang sesuai dengan founding father kita yaitu Ki Hadjar Dewantara.

Secara praktis, sekolah masih belum berkomitlen dengan pelaksanaan pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk tidak merencanakan program kegagalan kita sendiri (atau menggali kuburan kita sendiri), sekolah harus dapat menyusun program yang efektif. Sesuai dengan tema berpihak pada murid, setiap program yang dibuat oleh sekolah harusnya menempatkan murid sebagai titik awal dari penempatan serangkaian tujuan seperti output (tujuan segera), outcome (tujuan antara) dan impact (tujuan ke depan selanjutnya)

Salah satu program yang tengah dilaksankan di SMP Negeri 1 Cianjur adalah Kegiatan Pelatihan Agen Perubahan Pencegahan Perundungan Di SMP Negeri 1 Cianjur  Tahun Pelajaran 2021/ 2022. Kegiatan ini bertujuan antara lain:

1. Mendukung terciptanya relasi yang harmonis antar peserta didik;

2. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan karakter yang positif dan berbudi pekerti guna mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah;

3. Membentuk karakter peserta didik yang mampu memberikan dukungan bagi teman sebayanya yang mengalami perundungan dan mendorong teman sebaya untuk tidak melakukan perundungan;

4. Mendorong terlaksananya kegiatan pencegahan perundungan dan promosi perilaku anti perundungan.

 

Dalam aksi nyata modul 3.3 ini, saya memutuskan untuk ikut menerapkan pengetahuna yang diberikan pada LMS dan Modul CGP yaitu modul 3.3 dengan tema Pengelolaan program yang berdampak pada murid. Materi ini sendiri menekankan pada berbagai konsep seperti menrancang program dengan Inkuiri Aprisetif atau BAGJA, MELR dan manajemen Resiko.

1.2 Pelaksanaan dan alasan aksi nyata

Alasan saya dalam aksi nyata ini adalah untuk menoba menerapkan pengetahuan dari modul 3.3 pada kehidupan nyata. Saya berkesempatan untuk berdiskusi denan pimpinan sekolah dan rekan wakil kepala sekolah mengenai cara pembuatan, pelaksanaan dan pelaporan suatu program kegiatan. Saya pun diberi sebuah program yaitu Kegiatan Pelatihan Agen Perubahan Pencegahan Perundungan Di SMP Negeri 1 Cianjur Tahun Pelajaran 2021/ 2022 untuk dianalisa. Sebuah rancangan program yang sudah memenuhi standar lengkap dengan narasi awal serta anggaran di belakangnya.

Setelah saya analisa ternyata program tersebut disusun dengan baik dan dapat disempurnakan dengan menambahkan sejumlah kelengkapan seperti:

1. Tabel BAGJA untuk inisiasi awal dibuatnya program. Saya ingin menyatakan bahwa kita pahami bahwa program ini disponsori oleh lembaga lain. Sekolah ini dan sekolah lainnya menerima dana dan melaksanakan program kegiatan itu.

2. Rencana Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, dan Pelaporan (Monitoring, Evaluation, Learning, and Reporting)

3. Manajemen Resiko untuk memastikan bahwa tujuan dapat tercapai dengan efektif dan tidak ada pengorbanan yang tidak diperlukan atau munculnya hal yang tidak diantispasi.

4. Pelibatan Komunitas yang berguna sebagai sarana sosialisasi dan membangun keterlibatkan lembaga dan kelompok lain di luar institusi sekolah.

 

1.3 Hasil dari aksi nyata

Dengan menerapkan pengetahuan pada materi di modul 3.3, saya dapat menganalisa program salah sekolah yang disebutkan diatas. Analisanya ada baga bagian di bawah ini.

Tahapan 5 D/BAGJA

Tahapan BAGJA

Hasil Tahapan

B-uat Pertanyaan

Bagaimana cara meningkatkan peran siswa dalam mengurangi dapmpak perundungan di sekolah?

A-mbil Pelajaran

Cerita/Pengalaman baik

Siang ini murid dari kelas yang lebih tinggi mengajak adik kelasnya untuk mengatasi perundungan.

G-ali mimpi.

Cita-cita/Mimpi

- Murid yang peduli mengatasi perundungan adalah murid yang memiliki pekerti postif, peduli, supportive dan preventive dan ikut serta dalam pencegahan perundungan dan promosi perilaku anti perundungan.

- Guru pun harus aktif terlibat dalam mengatasi masalah perundungan dengan turut mengampanyekan nilai postif, peduli, supportive dan preventive dan ikut serta dalam pencegahan perundungan dan promosi perilaku anti perundungan.

- Kepala sekolah mendorong tumbuhnya peran serta dan rasa peduli murid dan guru dalam pencegahan dan mengatasi masalah perundungan. serta memiliki sikap bertanggung jawab, terbuka, dan memberikan kepercayaan terhadap langkah perbaikan dan pengembangan guru dan murid

J-abarkan rencana

Rencana Program:

- Program ini dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua warga sekolah, seperti kepala sekolah sebagai penanggung jawab, para guru sebagai pengarah dan murid sebagai agen mengatasi perundungan. Murid yang menjadi agen anti perundungan akan menyosialisasikan kepada murid lain dan orang tua.

- Monitor dilakukan oleh murid kepada murid dan untuk murid sendiri.

- Evaluasi melibatkan guru, kepala sekolah, dan masyarakat luar sekolah.

A-tur eksekusi

Penanggung jawab dan mekanisme koordinasi antar tim:

Penanggung Jawab kegiatan: Kepala sekolah

Pengarah: Pengawas Sekolah

Panitia Inti : Dewan Guru

Pemateri : Guru yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya

Peserta didik sejumlah 30 orang  dari krlas 7, 8 dan  9 yang terpilih berdasarkan hasil U-report menjadi agen perubahan.

Pelatihan kepada 30 peserta didik sebagai “Agen Perubahan” dilaksanakan secara terjadwal selama 10 pertemuan yang dilaksanakan dua kali dalam satu minggu.

Laporan dibuat oleh Koordinator acara (ketua panitia). Koordinasi dilakukan dengan rapat setiap satu minggu sekali internal panitia.

Hasil rapat internal dilaporkan kepada dewan guru sebagai pengarah acara.

Evaluasi dapat dilakukan melalui rapat koordinasi dengan kepala

sekolah dan guru.

 

Rencana Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, dan Pelaporan (Monitoring, Evaluation, Learning, and Reporting)

Format Monitoring

a. Pertanyaan Kunci

Pertanyaan Kunci

Evaluasi Program

1. Sejauh apa program yang telah berjalan sesuai

dengan tujuan utama program?

 

2. Seberapa banyak hambatan yang ditemui

selama pelaksanaan program ini? Mengapa

terjadi demikian?

 

b. Fokus Monitoring

Fokus Monitoring

Pertimbangan Pemilihan

Pertanyaan Utama

Monitoring

Bagaimana kegiatan sosialisai anti perundungan yang dilakukan 30 siswa sebagai agen anti perundungan berjalan?

Untuk memastikan

kegiatan berjalan dengan

baik: 30 siswa agen anti perundungan mendapatkan pengarahan dari narasumber.

Bagaimana sikap murid-murid yang lain terhadap 30 siswa agen anti perundungan?

 

 

c. Metode Penggalian Data

Pertanyaan Monitoring

Sumber Informasi

Metoda

Kapan/Bagaimana

Apakah 30 siswa sebagai agen anti perundungan dapat

menjalankan

perannya?

Bagaimana respons

murid-murid yang lain terhadap 30 siswa agen anti perundungan?

 

Guru, murid

 

Wawancara/observasi

Dalam proses

berjalan

 

d. Strategi Pengolahan Data

Pertanyaan Monitoring

Data yang terkumpul

Kesimpulan

 

Catatan Khusus, Pengecualian,dll

Contoh pertanyaan

tambahan untuk tim

pengelola program:

bagaimana

pembagian peran

dalam tim? Apakah

semua orang dalam

tim melaksanakan

perannya dengan

baik?

Contoh data dan

informasi yang

diperoleh:

murid berkumpul

bersama dan semua orang dalam tim melaksanakan perannya masing-masing dengan

baik

 

Contoh Kesimpulan:

Kegiatan sosialisasi anti perundungan dapat berjalan dengan lancar

 

 

e. Pembelajaran Program

Faktor-Faktor Pendukung

Pelaksanaan Program

 

Faktor-Faktor Penghambat

Pelaksanaan Program

Pembelajaran

Koordinasi tim yang baik

 

Beberapa murid datang terlambat sehingga mengganggu konsentrasi murid yang lain

 

Refleksi: untuk murid yang

datang terlambat ditempatkan pada barisan yang terpisah dari barisan

utama

 

 

f. Pembelajaran Program

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM

Gambaran Umum Program:

 

Deskripsi Pelaksanaan Program:

- Waktu Pelaksanaan

- Strategi Pelaksanaan Program

- Faktor Pendukung dan Penghambat Program

- Hasil Pelaksanaan Program

 

Evaluasi Program:

 

Pembelajaran Program:

 

g. Manajemen Resiko

Keadaan saat ini

Kondisi yang akan datang

Resiko

Strategis

Keuangan

Operasional

Pemenuhan

Reputasi

Pembelakuan PTM Terbatas saat ini hanya memperboleh-kan maksimal 50% kapatisitas operasional.

Untuk kegiatan yang dilaksanakan secara luring dalam bentuk pelatihan tetap menerapkan protokol Kesehatan.

Kegiatan pelatihan bagi agen perubahan masih berjalan dan sering tertunda karena banyak kegiatan lan seperti ANBK dan vaksinasi.

 

Apabila PPKM telah diangkat dan kegiatan luring dapat berjalan normal, semua kegiatan yang berkaitan dengan berkumpulnya massa dapat dilaksanakan secara efektif. Bila ternyata masih ada pembatasan kerumunan maka program sosialisasi dan pengimbasan harus di rancangkan menyesuaikan keadaan maksimal yang dapat dilaksanakan.

Keadaan yang tidak tetap dan konsisten menyebabkan program dan kegiatan harus selalu dievaluasi. Sekolah pun perlu mempersiapkan beberapa rancangan agar waktu yang dialokasikan untuk program dan kegiatan dapat tercapai dengan efektif.

Secara normative dukungan keuangan telah diberikan oleh inisiator program lewat rekenang sekolah berupa dana diluar dana rutin sekolah atau BOS. Karena ada bagian yang ditambahkan seperti MELR maka sekolah perlu menambah biaya operasional secukupnya untuk itu.

Adanya kegiatan yang bersifat mendadak seperti vaksinasi dan aturan bahwa satu hari setelah vaksinasi siswa harus beristirahat di rumah menyebab-kan alokasi waktu perlu ditinjau kembali.

Panjangnya program memungkinkan beberapa peserta menjadi menurun semangatnya. Ini pula yang dirasakan oleh orang tua dan wali kelas karena siswanya yang ikut terlibat berambah kegiatannya.

Lemahnya pengawasan siswa yang berkerumun dan berkumpul suka-suka mulai memunculkan klister-klaster kerawanan siswa yang berpotensi menumbulkan kelompok negtif semacam GANG di sekolah.

 

h. Pelibatan orang tua dan komunitas

1. Orang tua dilibatkan dalam proses sosialisai dan evaluasi dan Refleksi program.

2. Komunitas lain akan dilibatkan seperti komunitas MGBK, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang relevan dan sebagainya.

 

2. Perasaan (Feelings)

Saya merasa bersyukur dengan mendapatkan materi modul 3.3 mengenai pengelolaan program. Namun, saya merasa kesulitan untuk membuat sebuah program yang asli merupakan gagasan asli berdasarkan keadaan yang sesuai dengan hasil analisa kebutuhan. Berdasarkan perbincangan dengan pimpinan sekolah, hal maksimal yang saya dapat lakukan adalah menjadi evaluator sebuah program dengan kacamata panda dari atas helicopter. Tidak ada inovasi. Tidak dapat dipungkiri, pembelakuan PTM Terbatas saat ini hanya memperboleh-kan maksimal 50% kapatisitas operasional. Untuk kegiatan yang dilaksanakan secara luring dalam bentuk pelatihan tetap menerapkan protokol Kesehatan. Kegiatan pelatihan bagi agen perubahan masih berjalan dan sering tertunda karena banyak kegiatan lan seperti ANBK dan vaksinasi. Secara ideal memang kita diharapkan melakukan analisa kebutuhan di awal, menerapkan BAGJA atau sejenisnya, melaksanakan kegiatan dan seterusnya hingga menginventarisasi pengaruh dan dampak. Saat ini kegiatan agen perundungan baru mencapai tahap pelatihan siswa dan belum pada tahap sosialisasi. Pelatihan ini hanya sebatas peralihan informasi saja. Dengan waktu yang terus berjalan dan artikel ini diminta segera selesai, saya putuskan hanya untuk melaporkan sejauh apa yang telah dapat saya kerjakan.

3. Pembelajaran (Findings)

Penyusunan sebuah program disekolah sejauh ini dilakukan dengan cara yang purbakala dan malas berpikir. Sebut saja, bila sekolah perlu sebuah program maka orang yang ditunjuk akan menggali program yang sama dari tahun sebelumnya, mencontek secara tidak bertanggungjawab dari laman internet, atau meminta Salinan dari sekolah lain. Ini semua  harus diubah. Materi pda modul 3.3 menggarisbawahi adanya perubahan cara pandang atau paradigma taau apapun sebutannya. Sayang, tak jarang orang yang inginya serba mudah. Pimpinan dan pengawas sekolah pun belum meminta petugas mereka untuk benar-benar menerapkan kaidah ilmiah seperti anti plagiarisme dalam membuat sebuah dokumen resmi sekolah. Temuan penting pertama disini adalah adanya praktek plagiarisme. Kemudian, program sekolah seakan hanya melibatkan segelintir orang demi terciptaknya penitia yang ramping. Semakin sedikit semakin baik. Padahal, smua warga sekolah berhak untuk mengetahui dan mendapat pencerahan dari setiap kegiatan sekolah yang dilaksanakan agar setidaknya dapat menjawab pertnayaan dari orang di luar sekolah. Sering kita mendapat pertanyaan mengenai sebuah kegiatan dan jawaban kita seperti biasa adalah “Tolong tanya ke panitianya saja.” Kita sering melihat di dunia lain. Program kegiatan sekolah dilaksanakan dengan prinsip pemberdayaan. Ada perancangan Bersama, pembagian penugasaan yang adil, pelaksanaan yang terukur, serta evaluasi dan pembelajaran menyeruruh bagi semua warga sekolah. Dalam gambar atau video di internet sering kita melihat guru-guru berkumpulkul dan saling bergai dalam proses prencangan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pembelajaran. Bila ini merupakan praktek demokratisasi di dunia Pendidikan, saya setuju.

4. Penerapan (Future)

Sekarang kita alihkan pandangan pada masalah perundungan itu sendiri. Saya pun menyadari perundungan baik yang badaniah sehari-hari atau pun di dunia maya sanga sangat buruk dampaknya. Beberapa tahun lalau ada anak kelas delapan yang memutuskan untuk berhenti sekolah karena tiap hari diberi kata-kata hinaan. Untuk saja dia tidak memetuskan untuk mengakhiri hidupnya. Setiap saat dan setiap hari dia dihina oleh kelompok anak-anak berandal yang tidak dapat ditindak oleh sekolah. Semacam gang motor tingkat SMP. Anak lelaki tersebut sebenarnya sangat cerdas. Namun entah mengapa berandal-berandal itu membencinya. Wali kelas hanya pasrah dan mencap dirinya tidak berdaya seraya berkata, “Saya telah gagal menjadi wali kelas ini.”

Perundungan adalah suatu tindakan tidak terpuji di sekolah. Oleh karena itu rupanya program agen perundungan ini hadir untuk menyipakan sarana mencegah dan mengurangi dampak perundungan. Budaya yang buruk di sekolah pun perlu diperhatikan terutama oleh para pengajar. Wali kelas hatus diberi waktu khusus untuk melakukan pemibinaan secara hati-ke-hati. Kenalilah siswa. Sebagian mereka adalah makhluk buangan yang sebenarnya tidak diharapkan keberadaannya oleh keluarganya. Bahkan banyak pula yang tidak merasa punya keluarga.

Keluarga para berandal ini hanya teman sepermainan dengan sumpah setia mereka terhadap organisasi kekerasan. Ada pembinanya juga disana. Mereka meluangkan waktu duduk-duduk di berbagai tempat tersembunyi di luar jam sekolah, sepulang sekolah, sebelum pulang ke rumah, atau ada acara keluar rumah dengan alasan mengerjakan tugas kelompok.  Di sekolah sebagaian besar menyembunyikan jati diri mereka yang buruk. Menyembunyikan keliaran mereka.

Saya pun pernah mengalami kejadian aneh dengan anak-anak seperti itu. Beberapa anak dengan berani memasukkan sandal bekas, potongan piala dan sampah ke dalam tas punggung saya. Mungkin slosulinya mudah. Jangan pernah membawa tas ke kelas. Atau, jangan meningalkan tas di kelas. Saya pada waktu itu harus ke toilet dan memasuki kelas berikutnya sehingga lupa ta situ tertinggal. Saya piker bend aitu akan baik-baik saja karena murid saya semuanya baik dan menaruh  hormat. Walaupun tidak menyakiti secara fisik, tetapi kejadian ini harusnya tidak terjadi. Mereka sebenarnya tahu bahwa saya akan mencari siap pelakunya dan menemukan para pelaku itu.

Saya akhirnya merenung hingga mendapatkan kesimpulan bahwa semua pihak, sekali lagi saya tegaskan: semua pihak, harus mengampil peran. Pimpinan sekolah harus membuat mekanisme yang ketat dalam menjaga hubungan yang manusiawi warga sekolah. Ini dapat dimulai dengan menerapkan proses penerimaan siswa baru yang adil dan berakhlakul karimah. Guru harus terus dibekali keterampilan memberikan pelayanan pembelajaran yang menarik dan memberdayakan. Ini dapat dimulai dengan mengendalian pembelajaran yang sangat ketat. Tidak boleh ada guru yang bolos mengajr di kelas dengan alasan apapun. Memang ini sepertinya awal dari kegaduhan perilaku siswa. Gurunya tidak datang atau jamkos (jam kosong). Murid sendiri harus diberi kesadaran bahwa lingkungan belajar yang nyaman bukan hanya pada fasilias Gedung yang kokoh dan megah dengan cat yang diganti setiap tahunnya.  Murid harus ikut menghindari perundungan dan memiliki daya renting atau resilensi serta tahu apa yang haru dilakukan apabila pendungna terjadi. Orang tua dan wali murid diharapkan memberi lebih dari sekedar uang jajan dan keperluan harian saja. Perhatikan dengan siap anak-anak bergaul. Cari tahu mengapa mereka resah. Lakukan komunikasi dengan anak apabila ada keretakan rumah tangga.

Penerapan materi pengelolaan yang berdampak kepada murid dengan segala alur kerja dan paradigma barunya perlu diinternalisasi secar formal ke dalam pemikiran pihak pemangku kepentingan Pendidikan. Selain dapat memotorisasi perubahan sekolah sebagai institusi kea rah yang lebih baik serta lebih memberdayakan, materi modul 3.3 ini harus dikemas dan disampaikan kepada khalayak yang lebih luas. Secara resmi Bapenas telah memberikan contoh bagaimana sebuah program dan kegiatan harusnya dilakukan.

ARTIKEL DI ATAS TELAH TAYANG PADA TAUTAN:

https://bambang4cianjur.blogspot.com/2021/10/aksi-nyata-modul-33-pengelolaan-program.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar