Membuat Website Sekolah sebagai Sarana Pembelajaran
Oleh: Bambang Widyanarko, M.Pd.
1. PERISTIWA (Fact)
1.1. Latar Belakang
SMP Negeri 1 Cianjur telah memiliki website resmi sekolah namun belum dimanfaatkan dengan efektif khususnya untuk memberikan layanan pembelajaran. Status langganan bulanan saat ini masih aktif namun penggunaannya tidak efisien. Website sekolah itu hanya dapat digunakan pada kegiatan PAS atau PAT saja. Hal ini memunculkan pemikiran bahwa uang sewa web bulanan tidak dapat bermanfaat apabila tidak ada aktivitas hariannya. Secara sederhana aksi nyata ini memiliki tujuan untuk melengkapi web SMPN 1 Cianjur dengan fitur pembelajaran seperti LMS yang dapat diakses oleh murid baik itu untuk PJJ regular atau self-directed learning. Situs sekolah itu sendiri saat ini telah dapat diakses namun masih belum banyak fasilitas dan kemudahan untuk dapat dikatakan sebagai situs pembelajaran yang efektif. Kriteria keberhasilan tercapai apabila web sekolah telah dapat dilengkapi dengan fitur pembelajaran dan dapat digunakan dengan efektif oleh murid, guru dan warga sekolah lainnya.
1.2 Pelaksanaan dan alasan aksi nyata
Hal yang pertama ingin dilakukan adalah memeriksa keadaan awal situs dan merencanakan perubahan apa yang dapat dilaksanakan. Saya harus berbicara dengan pimpinan agar dapat menyampaikan konsep serta makna dari aksi nyata yang akan saya lakukan. Pendeknya, pimpinan memberi izin serta menyilakan saya untuk menghubungi petugas TU yang diberi tanggung jawab mengelola web sekolah yang kurang optimal itu.
Saya pun berbicara dengan petugas TU tersebut. Saya pun mendapat penjelasan mengenai apa permasalahan yang dirasakannya sehingga web sekolah belum berdaya dengan layak. Salah satu yang saya catat adalah terlalu banyaknya pekerjaan yang dibebankan kepada staf TU itu. Bahkan, pekerjaannya harus dikerjakan sampai malam atau pagi hari. Saya pun diberi kesempatan untuk ikut mengisi bagian MOODLE yang sebelumnya telah dipersiapkan. Staf itu meminta waktu sekitar 3 minggu untuk meng-install moodle di website sekolah. Alasannya karena investasi sekolah sudah cukup besar dengan menyewa ruang virtual private server dengan biaya bulanan sekitar 500 ribu rupiah. Biaya tersebut adalah lima kali lipat dari biaya bulanan situs saya yaitu http://www.pabambang.club yang hanya 100 ribu-an per bulan. Saya pun menganggap layanan yang adakan 5 kali lebih cepat dan lebih responsif serta lebih luas atau lega ruang simpan dan interaksi yang diberikan pemberi layanannya. Saya merasa tidak perlu menanyakan dimana sekolah menyewa layanan semahal itu. Saya kira itu semua karena keadaan yang dipilih untuk kenyamanan pemakaiannya. Walaupun uang sewa mungkin merupakan pengorbanan yang tidak dapat dielakkan, yang terpenting adalah kemampuan sang manajer untuk mengelola sebuah situs karena sesungguhnya mengelola situs itu memerlukan banyak sekali kompetensi mulai dari keterampilan perangkat keras, perangkat lunak (manajemen server, database, lms, dll), rancang rupa (desain grafis) dan tertentu saja pemahaman mengenai rancang alur kerja pembelajaran yang efektif baik untuk guru maupun siswa serta pengelola (admin),
Akhirnya saya diberitahu bahwa saya telah diberikan akses pengguna sebagai admin dengan kata sandi yang sudah dipersiapkan. Alangkah senangnya hati saya. Seperti anak lelaki yang diberi mobil mainan mahal sebagai syarat untuk disunat. Setengah tidak sabar saya pun membuka bagian moodle dari web sekolah dengan alamat https://www.moodle.smpn1cianjur.sch.id. Berikut adalah gambaran situsnya.
Gambar 1. Keadaan awal laman http://www.smpn1cianjur.sch.id/moodle
Dalam gambar di atas situs masih terlihat kurang menarik bagaikan secarik kertas putih saja. Tampa gambar yang menarik, tanpa interaksi yang mengundang rasa penasaran calon pengguna. Mungkin ini adalah tantangan pertama sebagai pengembang untuk menerapkan theme atau tema situs yang sangat catchy. Walaupun sebenarnya nanti pengguna, yang kebanyakan adalah siswa tidak memiliki pilihan karena situs pembelajaran ini akan bersifat obligatory atau diwajibkan bukan voluntarily atau pilihan hati pengguna. Saya pun mengakses dengan nama pengguna dan kata sandi sebagai pengelola (administrator), alhamdulillah saya sudah dapat masuk dan mendapatkan tampilan ruang depan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2. Gambar awal laman dashboard admin http://www.smpn1cianjur.sch.id/moodle
1.3 Hasil dari aksi nyata
Hal terpenting dari aksi nyata ini adalah saya telah dapat membangun komunikasi dengan pimpinan sekolah dan beberapa rekan yang lain seperti staf TU dan guru. Untuk memeriksa sejauh mana tingkat akses yang diberikan kepada saya oleh webmaster sekolah, saya melakukan beberapa kostumisasi dengan membuat kelas dan merancang rupa isi pembelajaran. Tentu saja, saya membuat kelas untuk mata pelajaran yang saya ampu yaitu Bahasa Inggris untuk kelas delapan. Berikut perubahan awal yang saya kerjakan.
Gambar 3. Perubahan awal dengan menisipkan foto dan gambar
Kedepannya, saya ingin situs pembelajaran dengan LMS Moodle ini dapat lebih menarik setidaknya menyerupai situs pembelajaran yang saya kembangkan di website pribadi saya. Sebagai perbandingan berikut gambaran situ web pembelajaran yang saya buat dengan LMS Moodle di http://www.pabambang.club.
Gambar 4. Contoh tampilan situs pembelajaran Moodle yang telah dioptimalkan
2. Perasaan (Feelings)
Membangun sebuah situs pembelajaran daring yang efektif bukanlah sebuah pekerjaan mudah dan ringan. Tidak semudah makan kerupuk. Saya harus dapat menjalankan berbagai peran yang sangat penting dan kadang di luar kemampuan saya yang normal. Untuk membuat situs pembelajaran yang efektif, guru sebagai pengguna harus merasa bahwa situs tersebut:
- mudah untuk digunakan – tidak memerlukan pengetahuan programming;
- memberikan akses ke sumber via web tersebut;
- mendukung interaksi antara siswa dan guru;
- menyediakan kolaborasi antar siswa;
- membuat siswa belajar mandiri;
- melacak keaktifan siswa;
- memungkinkan memberi balikan;
- memberikan lingkungan daring dengan keamanan;
- memberikan layanan backup secara otomatis.
Sebagai seorang guru, saya tentu ingin memberikan layanan pembelajaran daring yang menarik. Membuat timetable, menyajikan materi sesuai kurikulum, mengelola diskusi, menyajikan penjelasan dalam bentuk video, mengelola ujian dan tes, memberikan nilai, memberikan feedback kepada siswa, membimbing siswa mengerjakan pembelajaran secara mandiri, membuat glossary dan perpustakaan dan sebagainya. Berbagai hal tersebut merupakan prinsip sebuah situs pembelajaran. Prinsip itu sangat berbeda apabila kita membuat situs untuk keperluan lain seperti situs niaga atau situs ekspresi pribadi seperti travelling. Dengan perasaan optimistis, saya memandang semua hal tersebut bukan sebagai hambatan namun sebagai tantangan. Ketika kita dapat melakukannya sendiri itu tidak masalah. Ketika kita terhenti, kita harus dapat mencari bantuan dari siapapun. Dari segala yang telah saya lalui, ternyata, aksi nyata ini merupakan Latihan yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan pimpinan dan rekan. Sesuatu yang sebelumnya selalu saya rasakan kesulitan.
3. Pembelajaran (Findings)
Setelah menjalankan aksi nyata ini, beberapa pembelajaran penting telah saya dapatkan. Pertama, pekerjaan ini setidaknya membutuhkan kemampuan komputer di atas rata-rata. Dunia computer itu seperti mudah. Namun, karena luas dan beragamnya aspek yang dapat dikerjakan sebuah sistem komputer kita harus fokus pada tujuan yang akan kita gapai. Kedua, meng-install LMS Moodle di website itu sangat sulit. Kita harus mengetahui pula cara kerja server baik sebagai perangkat lunak maupun perangkat lunak. Yang paling mudah adalah kita mendapat dukungan dari seorang webmaster yang membuat Moodle kita sudah dapat dijalankan. Ketiga, Moodle sebagai perangkat lunaknya itu sendiri fiturnya sangat banyak karena disiapkan untuk berbagai kalangan, focus materi dan berbagai kondisi. Kita harus dapat memilih dan memilah fitur apa yang akan kita gunakan karena tidak semua fitur dapat kita gunakan. Kadang ada fitur yang membutuhkan sumber daya tambahan. Keempat, saya membutuhkan sejumlah contoh dari situs Moodle orang lain yang penerapan kurikulum Bahasa inggris. Aspek ini menunjukkan seorang pengembang situs juga harus paham kurikulum dan silabus serta sebaiknya memiliki pengalaman dalam mengajar. Dengan demikian alur pembelajaran yang dibangun akan dapat diterima secara materi dan secara kebijakan. Kita dapat simpulkan disini, pembelajaran dengan situs yang dibangun menggunakan Moodle seperti di dalam aksi nyata ini dapat memberikan kesempatan seorang guru untuk menunjukkan transfer metoda pembelajaran seperti konstruktivisme sosial dan pembelajaran Bahasa secara komunikatif.
4. Penerapan (Future)
Peran seorang guru memang tidak dapat digantikan atau disubstitusikan oleh mesin otomatis atau situs tertentu. Terlepas secanggih apapun substitusi itu, Namun, di tengah keadaan yang belum pasti, terutama kapan pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan dalam kenormalan baru, kita tentunya tidak ingin mengulangi kesalahan di tahun lalu. Kesalahan dimana kita memberikan pelajaran dari ala kadarnya dengan alasan darurat pandemic. Sebagian guru membenci pembelajaran daring. Sebagian tidak peduli selama gaji bulanan mereka cukup untuk beli beras dan tahu tempe. Bagi saya yang sedikit memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang TIK dan pembuatan website, Moodle itu sangat menjanjikan. Di luar negeri Moodle adalah program yang baik untuk pengembangan karir guru. Banyak konferensi, webinar, pelatihan skala internasional mengenai Moodle. Guru-guru terbaik di Inggris, AS, Australia dan negara maju lainnya telah menggunakan Moodle sebagai layanan pembelajaran daring. Kembali kepada masalah saya sendiri, melihat sejauh hal yang telah saya lakukan di situs pribadi dan di situs sekolah, menginginkan beberapa aspek pada situs pembelajaran untuk dikembangkan di masa mendatang.
1. Otonomi siswa. Memberi mereka pilihan yang lebih banyak mengenai cara belajar yang mereka inginkan. Siswa diberi pilihan untuk menerima konten dan proses yang mereka sukai. Penggunaan kelompok kecil dan penilaian diri merupakan contoh dari kegiatan siswa yang otonom.
2. Sifat sosial dari pembelajaran. Pembelajaran bukanlah kegiatan yang bersifat pribadi dan individual. Pembelajaran adalah proses sosial yang tergantung pada interaksi sesama siswa.
3. Integrasi Kurikulum. Hubungan antar sejumlah standar kurikulum harus sangat ditekankan. Bahasa Inggris jangan menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri tapi harus berhubungan dengan mata pelajaran lain di dalam kurikulum. Untuk melakukan hubungan ini, tes ulangan atau pengujian harus merefleksikan standar kurikulum yang berlaku.
4. Keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran daring harus menjadi sarana untuk membangun higher-order thinking skill (HOTS) yang juga dikenal sebagai berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, misalnya, siswa tidak belajar untuk dan karena Bahasa itu sendiri tetapi juga untuk mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikir mereka dalam berbagai situasi di luar pembelajaran Bahasa dalam kelas.
5. Guru sebagai teman belajar. Guru bila dipandang sebagai fasilitator bertugas menyuguhkan beragam alternatif. Guru harus belajar dari apa yang dilakukan dan dirasakan muridnya. Munculnya permasalahan dan tantangan harusnya dapat mengilhami guru untuk membuat suatu inkuiri seperti Action Research atau PTK serta bentuk-bentuk lain investigasi ilmiah dalam pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar